Klandestin
Kita pernah di hadapkan banyak situasi, dari situasi yang paling sederhana, hingga paling berbahaya. Pernah pula, dihadapkan pada posisi yang sangat sempit, sulit keluar dari masalah yang menghimpit, namun akhirnya lolos juga. Pada akhirnya kita hanya bisa bilang,
"Wah, hebat yang tubuh ini?"
"Kok bisa lolos ya?"
Dan berbagai macam pertanyaan lainnya yang ditujukan kepada diri sendiri. Sadar enggak sadar, harusnya kita sudah mulai memuji kehebatan Tuhan dalam menciptakan hati, perasaan, dan tubuh yang begitu kuat dalam menghadapi hantaman masalah yang setiap detik berjatuhan seperti hujan es di musim salju.
Beda orang, pasti beda kepala. Jika beda kepala, pasti beda pula caranya bahagia. Benar kan ya? Tapi mengapa setiap hari kita sering menjatuhkan dan menggores perasaan sendiri dengan cara membandingkan bahagia diri sendiri dengan milik orang lain. Kita kadang ingin ikutan bahagia saat orang lain bahagia, padahal bahagia itu sudah mengikuti sister antria gilir-giliran.
Pernahkah pula kita merasa jika kita sendiri sering tak sabaran dalam menunggu giliran bahagianya masing-masing?