Chalouere
***
Di pojok kamar yang sempit namun menenangkan suhu kepala, raga ini terduduk lemas. Ribuan bintang di langit, nampaknya seperti menjadi gambaran masalah di kepala dan hati. Malam ini hari merasa sepi, ingin mengajukan proposal kata putus kepada seseorang yang sangat dicintai.
"Tunggu apa lagi, telpon aja sekarang. Kamu harus segera menyampaikan keputusan perasaan ini" ucap logika kepada hati.
"Tunggu dulu, aku belum siap!" balas hati dengan gugup.
"Terus sampai kapan kita harus nunggu?" desak logika dengan sedikit sinis.
"Sampai aku benar-benar siap!" balas hati dengan tegas.
"Lantas kamu tak akan pernah lepas dari dia!" celetuk logika dengan keras.
Logika mungkin kurang paham dengan makna perasaan yang sedang dirasakan oleh hati saat ini. Saat hati benar-benar masih menyimpan rasa kepada seseorang yang ada di sudut dunia sana. Logika kurang peka, logika kurang bernaluri untuk memahami perasaan hati yang setiap malam harus menangis darah untuk menangisi seseorang yang saat ini mungkin sedang berpelukan dengan seseorang yang baru dicintainya lagi.
Bilang putus mungkin akan gampang. Namun dampak setelahnya pasti tak akan mudah untuk dirasakan dan dilalui. Logika akan selalu gampang untuk bilang "yang kuat, jangan lemah" di saat hati sedang terkapar. Logika kadang lupa, kalau hati diciptakan dari zat lapuk dan lemah yang sedikit berbeda dengan logika yang diciptakan dengan kekuatan yang lebih.
*