Peu Importe :'/

 

    Saat petir di Kota Angers-Prancis sedang membeludak, awan meggerutu dengan kalut, di saat itu pula Alun semerawut dengan perasaan yang dia alami. Entahlah, masalah perasaan memang selalu sulit untuk menemukan obat atau penawarnya. 
    "Besok aku pergi lagi, ke luar kota, Lun!" ucap Bara dengan lembut dibalik telepon
    "Oke, semangat! Enjoy!" titik, tiga kata yang mewakilkan tiga juga emosi yang ingin membeludak
    "Hmm..." balas Bara dengan gontai
    "......"
Percakapan itu selesai. Alun merobohkan diri ke kasur empuknya. Ia sudah tumbang menahan perasaan yang serba gantung ini. Terlalu pasrah, akhirnya yaudah terserah. Pokoknya, dia sudah mulai benar-benar ingin mulai bodo amat. Terserah apa pun yang terjadi, apa pun ditakdirkan, biarkan terserah. Alun sudah lelah. Berjuang akhirnya juga kalah. Mundur akhirnya jadi solusi. Kali ini, percakapan apa pun yang keluar dari mulut Bara, semua itu hanya sebatas masuk lewat telinga kanan, membeludak kembali melalui telinga kanan. Maksudnya, hanya masuk sebentar, tak sempat mengendap, sudah keluar lagi. Di saat itulah perasaan dan hati sudah mulai benar-benar lelah. Hati sudah mulai tak peduli. 
    "Terserah Kamu, Bar! Mau datang, terserah. Mau pergi juga enggak masalah. Mau pergi sama siapa pun terserah. Mau pergi berapa lam pun terserah. Intinya terserah" balas Alun dalam hati, dengan keadaan hati yang sebenarnya ingin teriak sekencang-kencangnya. Pokoknya terserah.
Ini bahaya, "terserah" itu bahaya. 
Terserah itu berarti "diam". Dan itu bahaya. 
...When You're Gone - Shawn Mendes, berterik-riak di telinganya.
*