La Bracelet :(

Akhir yang Manis - Fabio Asher...

"ku tak ingin menangis

jaga dirimu saat ku pergi nanti, 

terima kasih selama ini, 

kau selalu ada saat ku sendiri.

Jadikan lah ini akhir yang manis, 

perpisahan ku kenang lagi, 

ku bahagia pernah bersama mu, 

melepaskan mu untuk terakhir kali"

*

    "Der?"

    "Derrrrr!"

    "Der!!!!! Are you okay?" suara Kila mengguncangkan lamunan Deren. Padahal suara Kila masih sangat lembut. Suara berat nan menggemaskan telinga. 

    "Hah?" jawab Deren linglung seperti baru menghabiskan satu liter minuman alkohol tequilla. 

    "Is everything ok?" ucap Kila, meski dia sangat paham bahwa tidak ada yang sedang baik-baik saja dikala seorang manusia rapuh di depannya saat ini sedang melamun bertatapan kosong. Benar-benar kosong seperti gurun pasir yang tandus. 

    "Hah, nothing!" balasnya singkat, sambil melepas airpod-nya. Lagu yang sedang diputarnya seperti telah membawa seluruh jiwanya ke dalam lirik-lirik sang komposer. 

    "Serius?" balas Kila tetap dengan tenang. Senyum di pipinya semakin menambah wibawa dari wajah rupawan itu. 

    "Yes I am!" ucapnya tegas. 

    "Serius?" sekali lagi balasan dari Kila, kali ini tatapan lembutnya benar-benar mulai menggoyahkan iman. Nampaknya akan ada yang sebentar lagi runtuh. 

    "I am fucking crying in my heart! I am not fucking okay right now!" balasnya sambil menangis, namun air matanya tak menetes, benar-benar kering tak ada air mata. Akhirnya, runtuh juga benteng pertahanan seorang Deren Cloria Daud. Manusia yang dicap sebagai penyiar radio terkuat dan tertangguh karena selalu bisa menjadi kotak penyimpan keluh kesah para pendengar selama ini. 

    Benar kata orang, tangisnya manusia pendiam ternyata lebih menyedihkan dibandingkan dengan orang yang terbuka. Bayangkan, menangis sedu-sedan namun tak ada aliran air mata. Menangis dengan air mata tandus ternyata benar-benar lebih mengenaskan. Deren benar-benar gontai. Apa lagi kalau bukan masalah rasa dan perasaan yang menjadi pokok permasalahannya. 

    "Do you want to tell me? I am here for you" ucap Kila tetap dengan tenang, namun sentuhan tangannya seolah mengalirkan sentuhan magis yang bisa menundukkan tangis dan sedih. Kila Nandyo Lengsana, manusia paling sempurna idaman seluruh manusia, kecuali bagi Deren. Entahlah, sempurna mungkin bukan satu-satunya alasan mengapa seseorang bisa mencintai. Rumit memang masalah rasa ini. 

    "No, sorry!" balas Deren dengan gontai.

    Baiklah, Deren tak ingin bercerita. Namun kalimat-kalimatnya seolah keluar melalui rautan wajah dan tangis kering yang dikeluarkannya. Bukan Kila namanya jika tak peka. Bukankah dia manusia sempurna tanpa cacat? Masalah perasaan orang yang paling dicintainya ini pasti akan begitu mudah untuk ditebaknya. 

    "Can I hug you?"

    "Oui, s'il vous plaît" ucapnya dengan aksen prancis yang kental. 

    Tanpa basa-basi lagi, Kila langsung memeluk Deren. Kabut di atas kepala Deren langsung memudar. Pohon tumbang di kepalanya seolah beralih. Beban-beban itu seolah terbakar. Begitu hebatnya pelukan Kila. Namun mengapa tak bisa menundukkan perasaan seorang Deren. Entahlah. 

    Tak ada percakapan diantara mereka berdua. Namun pikiran Deren kembali berkelana menuju kejadian satu hari lalu. Saat gelang bukti ikatan cintanya dengan Leo harus putus. Deren yang melakukannya. Dia sendiri yang membuat gelang itu putus. Namun yang membuatnya menangis adalah ketika Leo tak memiliki usaha dan perjuangan untuk mengatakan "jangan putuskan!". Bahkan ketika Deren membuang retakan-retakan gelang itu, Leo tak sama sekali mencegah mengatakan "jangan dibuang, biarkan Aku simpan". Benar-benar mengenaskan memang. 

Hati mana yang tak akan tumbang, saat orang yang selama ini dianggap bisa dianggap diajak berjuang, malah kini seolah membuang. Orang yang selama ini dianggap sebagai satu-satunya sandaran, malah kini mencampakkan perasaan. 

    Kenangan bertahun-tahun yang tersimpan dalam ikatan gelang itu terputus juga seiring dengan patahnya tali gelang tersebut. Ini bukan tentang gelang, tapi tentang ikatan. Mencintai orang lain, namun tak berbalas dengan rasa yang sama. Berjuang untuk dia, namun dia malah sedang memperjuangkan yang lainnya. Benar-benar rumit. 

    "Der...?" Ucap Kila dengan suara lembut. 

    "Yes?" balas Deren dengan sayup lemah. 

    "If you need a time to heal in personal space, I will go. You deserve it" balas Kila dengan lembut. Meski Ia pun tak tega melihat orang yang selama ini dikejar karena dicintainya itu tersungkur lemah karena cinta yang tak diperjuangkan. 

    "No! Please stay longer here. Stay here...!" balas Deren yang kemudian disusul dengan air mata. Tetesan air mata itu akhirnya menetes. 

    Tanpa membalas lagi, Kila memeluk Deren lebih erat lagi. Kali ini, lebih erat lagi. Karena untuk pertama kali, Ia merasakan pelukan terhangat dari seseorang yang sangat ia nantikan. Selama ini, kehangatan Deren hanya mampu ia bayangkan dalam suara radio. Namun kini, Tuhan balikkan takdir dengan menghadirkan seseorang yang amat ia rindukan setiap malam itu. 

    "Der, bukan cuma stay longer here for you. Bahkan kalau kamu minta aku untuk stay forever here for you, I will, Der!" balas Kila dalam hati. 

    Sayangnya, itu hanya dalam hati. Hanya dalam hati. 

[Bersambung]