Faible
Perasaan itu sudah mulai redup. Rasa yang dulu membara begitu panas, cinta yang dulu terjalin tanpa sekat, akhirnya terbakar dan tenggelam begitu saja. Manusia berubah, begitu pula dengan perasaanya. Dulu kita pernah jalan bersama, foto bersama dengan mesra sehingga membuat rerumputan cemburu, saling ejek-mengejek namun isinya adalah cinta, dan hal-hal lainnya yang justru sudah redup. Sebentar lagi hilang dan tenggelam.
Aku selalu belajar bahwa pesona matahari terbit dari ufuk timur memang indah dan mengagumkan, namun Aku selalu belajar bahwa itu hanya sementara. Begitu pula dengan semua kenangan kita dulu. Aku paham bahwa masa-masa itu akan pada akhirnya ku lepaskan juga. Kita akhirnya berpisah. Semoga dirimu bahagia, begitu juga dengan diriku.
Dulu terbayang masa-masa kita mencari kebahagiaan bersama. Kamu yang garing, Aku yang emosian sering mencela leluoconmu yang amat kacang. Kita tak bertengkar, namun sedang membangun dan mempererat jalinan cinta. Kita yang dulu membangun bahagia bersama, sekarang harus berpisah menuju arah mata angin yang berbeda-beda. Aku ke Timur, kamu bertahan di sebelah selatan. Kita sudah mulai terpaut jauh. Tanpamu lagi, doakan Aku tak kehilangan arah.
Satu tahun lalu, sebelum kita berpisah. Kau ajarkan Aku cara memainkan kompas mata angin. Aku sedikit malas belajar, karena ku paham bahwa Aku tak pernah menggunakan kompas tersebut. Kamu adalah kompas hidupku. Namun syukurlah, saat ini naluri mulai memberi sinyal bahwa dirimu tak akan selamanya di samping ku. Aku belajar memahami timur dan barat, mengerti akan utara dan selatan, hingga akhirnya mulai sedikit mahir menjalankan kompas. Aku sedih kehilanganmu, tapi Aku bangga melepaskanmu. Ini berat, tapi tetap kuat.
**
Benteng kita sudah runtuh. Cinta dan perasaan kita sudah tumbang. Tak ada buah lagi yang bisa dipetik dari hubungan kita yang hanya sementara ini. Terima kasih telah menjadi pejuang dalam hidup di masa lalu. Kamu hebat, kamu begitu mengagumkan. Namun begitulah hidup, semua akan sirna dan selesai pada waktunya.
Selamat jalan, pejuang masa lalu. Kita berpisah, dan Aku sudah ikhlas sudah bisa pula untuk melepas. Tuhan tidak pernah membuat ruangan tanpa pintu keluar dan masuk. Begitupula dengan masalah yang sedang kita hadapi pada saat ini. Tuhan menakdirkan kita berpisah. Karena Tuhan paham bahwa masing-masing diantara kita akan menemukan jalan keluar dari setiap perangkap perasaan masing-masing.
(Bara Nuraga - Lombok)
-Bersambung
